Kamis, 24 Maret 2011

NYONTEK DAN NGOPEK

            Semasa saya duduk di bangku SMK Otomotif, rasanya ingin sekali menjadi mahasiswa. Saat datang kakak2 yang lagi PPL, wah rasanya seperti Bapak Presiden datang dari ibu kota. 
             Pintar, keren, berwibawa, kreatif, cerdas dan kritis adalah kata yang tersirat di benakku. pikiran itu mengganggu otakku, memacu darah mengalir kencang, terbawa mimpi teringat makan. Hingga aku membangun mimpi untuk bisa menjadi mahasiswa, hal yang sulit untuk seorang siswa SMK masuk ke perguruan tinggi negeri. Orientasi dari siswa SMK adalah membangun keahlian untuk siap bekerja (SMK bisa). 
            Mimpi itu perlahan ternoda oleh kebiasaan para mahasiswa yang kurang berusaha untuk jadi sarjana. Orientasi yang salah untuk memperoleh nilai setinggi-tingginya dengan menghalalkan segala cara. Perubahan orientasi dari "mencari ilmu pengetahuan untuk bisa mengabdikan diri bagi negara melalui karya", menjadi "mencari nilai setinggi-tingginya tanpa perlu tahu ilmu yang menjadi inti dari perkuliahan". Melupakan tujuan yang di bangun saat masuk ke perguruan tinggi, mencari ilmu untuk bisa berkarya.
    
Mungkin banyak yang beralasan untuk membenarkan kecurangan itu dengan alasan keterbatasan diri hingga pembatasan masa studi. Terbatas bukan berarti alasan untuk mengahalalkan segala cara, dan belajar harus dijadikan alternatif yang terbaik dalam menghadapi ujian. Malu pada orang sukses yang berkali-kali gagal untuk mencapai kesuksesan. 
                Bagaimana membangun negara yang maju kalau manusianya mundur. Sibuk memalingkan mata ini untuk tidak melihat orang-orang yang ujian dengan jalan curang. Mungkin juga metode pendidikan yang kurang efektif membentuk pelajar menjadi pelajar yang picik.
         Suatu ketika ada seorang guru yang mengeluh "siswa saya bodoh-bodoh kali, dari 20 soal hanya 6 soal yang terjawab", namun timbul pertanyaan, "bagaimana cara mengajar anda?". Nyontek dan ngopek yang membudaya ini muncul dari sebuah kegiatan yang diulang-ulang hingga menjadi kebiasaan. Hubungan sebab akibat antara kecuranngan dengan sistem pendidikan yang berlaku saat ini harus menjadi perhatian utama bangsa ini, bukan menentukan nilai standar kelulusan sementara semua pelajar mengikuti ujian dengan curang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar